Google

Thursday, December 6, 2007

Tabib Terbaik ada Dalam Tubuh Kita

Dokter Albert Schweitzer, seorang dokter misionaris di pedalaman Afrika dan seorang
pemenang hadiah nobel pernah menyatakan bahwa: ”The real doctor is the doctor
within.” Yang ia maksudkan adalah bahwa sesungguhnya diri kita sendirilah yang dapat
menyembuhkan berbagai penyakit yang kita derita. Sering kita tidak menyadari bahwa ketika kita mengalami sakit yang parah, satu-satunya
yang dapat menyembuhkan diri kita adalah diri kita sendiri. Para dokter dan pengobatan
yang kita terima sesungguhnya hanyalah stimulan bagi proses kesembuhan kita.
Tubuh kita sendirilah -- melalui mekanisme imunitas tubuh, sel-sel darah putih dan
organ-organ tubuh lainnya -- yang bekerja mengatasi dan menyembuhkan
penyakit kita. Nah siapakah yang mengendalikan kerja sel-sel dan organ internal kita?
Meskipun setiap individu sel dalam tubuh kita pada prinsipnya memiliki proses berpikir,
tetapi keseluruhan harmoni atau keselarasan kerja setiap sel dikendalikan oleh pikiran
bawah sadar kita. Apa artinya ini? Kalau kita bisa mengendalikan pikiran bawah sadar
kita, berarti kita dapat sepenuhnya mengendalikan kerja setiap individu sel dalam
tubuh kita untuk membangun tubuh yang sehat dan terbebas dari berbagai penyakit.

Tubuh Memiliki Mekanisme Penyembuhan Sendiri

Your body is a miraculous self healing mechanism built to look after anything that
happens to it. Dalam bukunya Mind Power, John Kehoe menjelaskan bahwa tubuh
kita sesungguhnya memiliki mekanisme untuk memperbaiki atau menyembuhkan
dirinya jika ada sesuatu yang terjadi padanya. Pada saat tubuh kita terluka misalnya,
sel-sel darah putih segera bergerak menuju bagian yang terluka untuk memerangi
infeksi sedangkan sel-sel darah lainnya segera membekukan darah kita dan
menutup luka tersebut. Semua sepertinya terjadi otomatis; kita tidak perlu
melakukan apa-apa. Tubuh kita sepenuhnya siap dan mengetahui bagaimana
memperbaiki dirinya. Ketika kita makan, tubuh kita segera mencerna makanan tersebut dan mengambil
sari-sari makanan untuk diubah menjadi energi yang diperlukan bagi seluruh
bagian tubuh kita. Selanjutnya cairan getah bening mengangkut buangan dan sel-sel
mati untuk diproses keluar dari tubuh kita. Semuanya terjadi otomatis, kita
tidak perlu memikirkannya maupun mengendalikannya. Demikian pula kalau
tangan kita patah. Apakah dokter yang menyembuhkannya. Bukan. Dokter hanya
memperbaiki letak dan posisi tulang kita serta memasang ”gips” agar tulang
kita tidak bergerak. Namun proses penyembuhan selanjutnya dilakukan oleh tubuh
kita sendiri. Jadi ketika kita atau anggota keluarga kita mengalami sakit yang cukup parah,
kita harus meyakini bahwa tubuh kita sendirilah sebenarnya yang dapat
menyembuhkan penyakit yang kita derita Kesehatan kita adalah tanggung jawab
kita. Kita harus mengambil peranan yang aktif dalam kesehatan dan kesembuhan
kita. Karena seperti dikatakan oleh Dr. Albert Schweitzer -- seorang dokter
berkebangsaan Jerman, pemenang hadiah Nobel yang mengabdikan dirinya di
Afrika – bahwa dokter sejati adalah dokter yang ada di dalam diri kita. Penulis buku, Piece of Mind, Sandy MacGregor mulai mengenal dan kemudian
mengembangkan manfaat kekuatan pikiran bawah sadar sesudah mengalami
peristiwa kesembuhan anaknya dari sakit asma yang cukup parah melalui teknik
relaksasi yang diajarkan oleh dokter yang merawatnya. Dokter itu tidak
hanya mengajarkan untuk mengontrol rasa sakitnya, tetapi juga mengajarkan cara
menyembuhkan dirinya sendiri.

Kisah Kesembuhan oleh Diri Sendiri
Berikut adalah kisah menarik yang mungkin dapat memberi kita inspirasi tentang
betapa dahsyatnya kekuatan pikiran kita untuk menyembuhkan penyakit yang
amat berat. Pengalaman ini diceritakan oleh Martin Brofman setelah
memperoleh bimbingan tentang teknik pendayagunaan pikiran dari John Kehoe. Ketika dia berusia tiga puluh empat tahun, dia divonis oleh dokter mengidap tumor
otak yang sangat berbahaya dan telah memasuki stadium akhir. Dia diberitahu
bahwa hidupnya tinggal 2 bulan sampai satu tahun lagi. Namun dia tidak menyerah
dan bertekad untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Dia mulai melakukan meditasi dua kali sehari selama lima belas menit. Pada
layar imajiner dalam pikirannya, dia memvisualisasikan tumor yang ada dalam
otaknya. Setiap kali dia melakukannya, dia menggambarkan bahwa tumornya semakin
hari semakin mengecil. Dia dapat membayangkan sel-sel kanker dihancurkan oleh
sistem imunitas alami dalam tubuhnya. Dan dia dapat merasakan bahwa setiap
dia pergi ke kamar kecil, sel-sel kanker yang mati tersebut dibuang dari tubuhnya.
Demikian pula setiap dia merasakan sakit yang luar biasa, dia tidak berpikir bahwa
sel-sel kankernya sedang bertumbuh dan menyerang untuk membawanya ke kematian,
namun justru dia berpikir bahwa rasa sakit itu karena sel-sel kanker itu mengkerut dan
semakin kecil dan semakin kecil. Selain itu dalam keadaan meditasi dia selalu melakukan afirmasi, ”Every day in every
way, I am getting better and better.” Dia senantiasa berpikir positif dan optimis. Setiap
dia makan, dia selalu meyakinkan dirinya bahwa makanan yang dia makan memberinya
energi dan membuat dia semakin sehat dan semakin sehat. Dan rasa cinta dari keluarga
dan teman-temannya dia rasakan sebagai kekuatan untuk membantu proses penyembuhannya. Dua bulan setelah dia memprogram ulang pikiran bawah sadarnya, dia memeriksakan
dirinya ke dokter. Sang dokter sungguh terkejut ketika mengetahui bahwa tidak
ada sisa tumor sama sekali dalam tubuhnya.

Prinsip-Prinsip Penyembuhan Diri

Setiap kita sesungguhnya dapat dan memiliki kekuatan untuk menyembuhkan diri
kita sendiri manakala kita menderita sakit yang cukup parah. Tubuh kita diciptakan
lengkap dengan sistem dan mekanisme penyembuhan yang secara otomatis mengatasi
setiap gangguan yang terjadi dalam tubuh kita. Namun seringkali justru pikiran kita
sendiri yang memperparah kondisi penyakit kita. Berikut adalah sejumlah prinsip yang
perlu kita perhatikan dalam rangka memelihara kesehatan dan untuk menyembuhkan
diri sendiri.

1. Apa yang kita yakini itu yang terjadi
Dalam sebuah penelitian tentang efek plasebo terbukti bahwa apa yang kita yakini
sangat mempengaruhi apa yang terjadi pada kita. Dalam penelitian itu sejumlah
pasien diberi tiga perlakuan obat pengurang rasa sakit yang berbeda: obat ringan,
placebo (bukan obat sesungguhnya), dan morfin dosis tinggi.
Pasien yang diberi placebo namun diberitahu bahwa itu morfin, ternyata merasa
bahwa rasa sakitnya hilang. Sedangkan pasien yang diberi morfin namun diberitahu
bahwa dia diberi obat ringan, lebih dari separuh masih merasakan sakit. Apa pun
yang diyakini oleh para pasien justru lebih penting dari pada apa yang sesungguhnya
terjadi. 2. Sikap kita menentukan kesehatan kita
Ketika pertama kali kita tahu bahwa kita mengidap penyakit, biasanya respon awal
adalah panik. Pikiran kita kemudian menjadi lumpuh oleh ketakutan. Semakin
parah penyakit kita, semakin takut kita jadinya. Menurut Wallace Ellerbroek --
seorang ahli bedah yang akhirnya menjadi psikiater – kita sering memandang
penyakit sebagai makhluk asing yang memasuki tubuh kita, bukannya sebuah
proses. Jika kita memandang penyakit sebagai suatu proses untuk menuju
keseimbangan baru, maka kita dapat membantu proses penyembuhan itu sendiri.
Kekuatiran dan harapan negatif kitalah yang menyebabkan penyakit itu. Dengan
kata lain, orang-orang yang takut kena penyakit lebih berpeluang untuk terkena
penyakit sebab tubuhnya terkena dampak dari ketakutannya sendiri.

3. Obat terbaik adalah tertawa
Kita tahu bahwa orang yang tertekan, selalu sedih dan berpikiran negatif lebih
sering terkena penyakit daripada orang yang selalu riang dan gembira. Penelitian
menunjukkan bahwa kondisi mental yang penuh tekanan seperti: rasa bersalah,
kegelisahan, kekuatiran, marah, dan ketakutan dapat menghalangi berfungsinya
sistem kekebalan tubuh. Dalam penelitian medis baru-baru ini terbukti bahwa
jika kita tertawa, tubuh kita mengeluarkan dua jenis hormon dari otak yang
amat penting yaitu enkephalins dan endorphins yang dapat mengurangi rasa sakit,
ketegangan dan depresi.

4. Berpikir sehat setiap hari
Setiap hari usahakan untuk meluangkan waktu beberapa menit mengisi pikiran kita
dengan pemikiran tentang kesehatan dan kekuatan. Kirimkan pesan positif ke aliran
darah, jaringan dan sel-sel tubuh kita. Bayangkanlah energi yang mengalir ke dalam
tubuh kita. Rasakan bahwa tubuh kita adalah sebuah mesin yang dapat memperbaiki
diri sendiri. Latihan ini merupakan penguat dan penyegar tubuh kita.

5. Lakukan afirmasi setiap hari
Setiap saat selalu katakan ”Every day in every way I am getting better and better.”
Setiap hari saya semakin sehat dan semakin baik. Ingatkan diri kita bahwa tubuh kita
dapat sembuh secara alami dan dapat memperbaiki diri sendiri. Afirmasikan
senantiasa bahwa ”My body is a healing mechanism.”

6. Meditasi dan visualisasi
Salah satu cara mengatasi rasa sakit adalah dengan menggunakan warna. Rasa sakit
adalah pertanda bahwa ada sesuatu yang tidak beres atau tidak seimbang dalam
tubuh kita. Jika kita terserang rasa sakit, anggaplah bahwa rasa sakit itu
seperti warna merah. Pertama-tama, tingkatkanlah rasa sakit itu di pikiran kita dan
bayangkan warnanya semakin merah terbakar. Bila kita dapat meningkatkan rasa
sakit berarti kita juga dapat menurunkan intensitasnya. Kemudian bayangkanlah
warna merah itu menghilang dan gantikanlah dengan warna favorit anda, misalnya
biru, kuning atau hijau. Lihatlah dalam layar mental kita bahwa warna merah
menghilang dan berubah menjadi warna baru yang menggantikan. Setiap orang memiliki cara-cara sendiri untuk melakukan visualisasi dalam mengatasi
penyakitnya. Yang pasti kita harus yakin dan disiplin secara rutin melakukan teknik
visualisasi sampai penyakit itu hilang dari tubuh kita.
(Sumber :Sinarharapan.co.id)

No comments: